SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Sejak banjir melanda Banjarmasin pada Januari 2020 silam, tenyata masih ada akses jalan yang hingga sekarang masih terendam.
Hal itu dirasakan saat menuju ke rumah keluarga Halimah di Gang Taufik, Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur.
Saking lamanya, atau kurang lebih dua tahun, tergenang air. Membuat satu-satunya akses jalan berupa titian ke rumah Halimah, ikut rusak bahkan terputus.
Jadi untuk bisa beraktivitas sehari-harinya untuk ke luar rumah, Halimah bersama keluarga terpaksa menggunakan rakit kayu yang dibuatnya sendiri sebagai akses alternatif untuk bisa beraktivitas keluar rumah.
Tak jarang pula, keluarga Halimah berjalan kaki menerobos genangan air setinggi lutut agar bisa menjalani aktivitas di luar rumah.
Karena memang kebetulan rumah Halimah berada di ujung dan berdiri sendirian, tanpa berdampingan dengan rumah tetangga.
“Aktivitas suami berangkat kerja, anak-anak pergi sekolah, mengaji dan lainnya ya harus menggunakan rakit ini untuk menyeberang dibantu tali kabel yang membentang sampai keluar,” ujar Halimah, Kamis (29/12/2022).
Sedangkan untuk transportasi berupa sepeda motor, terpaksa dititipkan kepada tetangganya yang berada di seberang.
Diakuinya, membeli tanah di kawasan itu oleh terbilang murah. Makanya tak heran letak rumahnya berada di ujung sendirian.
“Dulunya kering saat membeli, makanya ada akses lain, tapi semenjak banjir dulu sampai sekarang di kawasan ini air tetap tinggi,” tuturnya.
Ditanya apakah pernah menyampaikan keluhan kepada RT ataupun Lurah setempat ? Halimah mengaku ada, cuma belum bisa ditindaklanjuti.
“Dari kelurahan ada juga memantau, namun hingga sekarang tidak ada tindakan,” ujarnya.
Mengingat kondisi sudah terjadi dua tahun lamanya, tentunya Halimah sangat berharap adanya solusi dari Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin, agar bisa mendapatkan akses jalan menuju rumahnya.
Halimah tidak memiliki dana, jika memperbaiki sendiri akses jalan titian rusak yang lumayan panjang. “Karena ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Belum lagi kemungkinan rusak bisa terjadi lagi, karena perbaikan yang dilakukan hanya semampunya,” keluhnya.
Dia pun berharap, pemerintah untuk membantu keluarganya. “Soalnya kasihan anak-anak yang masih kecil, karena harus memakai rakit setiap harinya,” katanya.
Sementara itu, warga setempat Fahmi ikut prihatin dengan aktivitas keluarga Halimah yang menggunakan rakit sebagai akses untuk keluar rumah.
Apalagi, kata dia, anak-anak dari Halimah itu masih sangat kecil dan terpaksa ikut menggunakan rakit saat hendak pergi ke sekolah, Masjid dan mengaji.
“Jadi Masing-masing warga yang peduli ada yang memberikan drum untuk pembuatan rakit, bambu panjang untuk menghalau tamanan eceng gondok agar memudahkan mereka menyeberang dan kebutuhan lainnya yang dirasa bisa dibantu,” katanya.
Ia menuturkan, warga juga pernah urunan untuk perbaikan akses jalan titian kayu yang rusak menuju rumah Halimah.
“Namun niat baik itu diurungkan, karena takut dari wilayah Halimah yang berada di RT 27 tersinggung, mengingat warga yang mengumpulkan sumbangan beda RT,” katanya.
Oleh karena itu, dia berharap kondisi keluarga Halimah menjadi perhatian pemerintah.
“Mudahan dengan adanya bantuan dan perhatian pemerintah nantinya, ada akses jalan ke rumah Halimah, sehingga membuat Halimah tidak lagi terisolir,” tukasnya. (shn/smr)