SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Kasus Demam Berdarah Dongue (DBD) di Banjarmasin perlu mulai diwaspadai masyarakat.
Pasalnya, saat ini di Rumah Sakit Sultan Suriansyah sudah 32 pasien DBD yang dirawat dan ditangani pada periode 1 hingga 31 Januari 2024.
“Itu mengalami peningkatan dari Desember 2023 hanya 19 kasus yang dirawat dan ditangani,” kata Direktur Rumah Sakit Sultan Suriansyah Muhammad dr Syaukani, di Balai Kota Banjarmasin, Kamis (1/2/2024).
Menurutnya, rata-rata kasus DBD itu paling banyak diderita anak rentang usia 5 -13 tahun dan terkecil di bawah 5 tahun atau Balita.
Ia menjelaskan, gejala DBD ini umumnya demam tinggi, mual, muntah, nyeri otot dan sakit kepala. Sampai nanti trombositnya sudah mulai turun bisa muncul perdarahan, misal bintik-bintik merah di kulit.
“Jadi sebenarnya untuk gejala sendiri tidak ada perubahan,” katanya.
Hanya saja, yang dimaksud masyarakat kadang-kadang ada gejala mengaburkan, seolah-olah bukan DBD. Misalnya pada fase penyembuhan, sehingga muncul ruam-ruam kaya campak.
“Dikira campak karena ruam-ruam padahal itu sebenarnya DBD tapi sudah di fase penyembuhan mungkin telah lewat 4-5 hari. Jadi gejala muncul ruam-ruam dikira campak ternyata pas diperiksa DBD,” sebutnya.
Lebih lanjut, dr Syaukani menjelaskan, terjadinya double infection, yang mana penderita DBD juga terkena demam tifoid.
“Sehingga gejalanya yang lebih dominan mungkin demam tifoid (infeksi bakteri di pencernaan). Padahal sebenarnya kasusnya DBD oleh terjadi double infection waktunya hampir bersamaan kenanya,” tuturnya.
Terkait salah satu daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) yakni Kabupaten Hulu Sungai Tengah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
Dia menyatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi. Yakni menyiapkan dokter anak dan dewasa.
“RS Sultan Suriansyah memiliki 3 dokter anak dan 3 dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk pasien DBD dewasa. Bahkan, secara Sumber Daya Manusia (SDM) mencukupi dan perawatnya juga banyak serta handal untuk menangani. Kemudian untuk ruangan tentu akan dipersiapkan dan segala sesuatunya, misalnya terjadi kasus KLB DBD,” tegasnya.
Pun begitu, ia mengharapkan tidak terjadi KLB DBD di Banjarmasin.
Jadi dia meminta, semua pihak bersinergi baik pemerintah maupun masyarakat, untuk sama-sama berupaya melakukan langkah-langkah strategis mencegah peingkatan kasus DBD.
“Paling penting menjaga kebersihan melalui pemberantasan sarang nyamuk karena itu yang paling efektif,” tukasnya. (shn/smr)