SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Pasca insiden runtuhnya teras depan kelas di SDN Mawar 7 Banjarmasin. Saat ini aktivitas belajar mengajar terpaksa dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan tenda.
Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin Ahmad Baihaqi mengatakan, pelaksanaan belajar mengajar di lapangan dengan menyewa tenda sementara, merupakan saran dari orang tua siswa.
Pasalnya, para orang tua masih sangat khawatir atas kejadian runtuhnya teras depan kelas.
Terlebih ada bangunan yang miring dan sebelumnya ada korban yang terperosok.
“Jadi, sembari menunggu hasil review dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) apakah ruangan tersisa bisa digunakan dengan kondisi seperti itu,” ungkapnya, saat ditemui awak media di kantor, Kamis (22/8/2024).
Saat ini, penanganan sementara sudah dilakukan pihaknya dengan perbaikan pada seluruh lantai teras sekolah yang sudah berjalan sejak pertama kali pengecekan.
“Mudahan bisa rampung dalam satu minggu ini untuk perbaikan,” harapnya.
Lebih jauh, kemungkinan amblasnya lantai teras disebabkan pondasi kontruksi yang tidak kuat menahan beban.
Kemudian pengaruh dari sistem perbaikan dulu yang dikerjakan pihak sekolah sendiri yakni swakelola yang tidak mengerti.
“Jadi perbaikan swakelola itu asal-asalan tanpa ada tenaga profesional di bidangnya,” ujarnya.
Sebab, melihat banyaknya kejadian bangunan amblas dan ambruk, khususnya sekolah. Sehingga membuat pihaknya mengambil alih langsung perbaikan.
“Dari sejak 2019 kita rubah yang awalnya sistem swakelola menjadi kontraktual. Agar lebih nyaman dengan pengawasan langsung,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin Ibnul Qayyim mengatakan, untuk perbaikan keseluruhan sekolah masih dalam perhitungan PUPR, sebab persentase perbaikan yang harus dilakukan.
Dari hasil itu, nantinya menjadi acuan pihaknya untuk menyiapkan anggaran perbaikan SDN Mawar 7 Banjarmasin.
“Mudah-mudahan secepatnya, paling tidak perubahan kita laksanakan perencanaannya dan 2025 sudah bisa dikerjakan,” katanya.
Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil review atau penilaian dari PUPR untuk ruang kelas yang tersisa.
“Pasalnya, hasil review dari PUPR sangat diperlukan guna memberikan keyakinan kepada para orang tua bahwa kelas tersisa bisa digunakan untuk proses belajar mengajar,” jelasnya.
Sebab, bagi dia, proses belajar mengajar di lapangan kurang efektif karena cukup menganggu konsentrasi para siswa.
“Mudahan bisa segeranya dan apabila sudah keluar, akan kita kembalikan lagi siswa belajar di ruang kelas,” tuturnya.
Ditambahkan Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kesiswaan SDN Mawar 7 Banjarmasin Aprial Al Kautsar, belajar mengajar di lapangan murni dari usulan para orang tua yang memang khawatir dengan kondisi bangunan sekolah saat ini.
“Kami menghargai keluhan para orang tua, jadi kami setujui dengan tenda dan berlakukan shift. Dimana, sewa tenda ditanggung para orang tua siswa yang mana biayanya Rp75 Ribu per hari. Inisiatif orang tua tak ada salahnya, namun tak dipungkirinya memang belajar mengajar di lapangan kurang efektif untuk para siswa,” terangnya.
Adapun penggunaan ruang kelas, untuk lantai satu sebagian sudah bisa digunakan.
Namun untuk bisa menyakinkan kekhawatiran orang tua, pihaknya masih menunggu hasil review PUPR Banjarmasin. “Hal ini terus kami koordinasikan,” tuturnya.
Salah satu orang tua siswa SDN Mawar 7 Banjarmasin, Berry Hendrianor menilai proses belajar mengajar di lapangan kurang efektif, karena tak ada pilihan lain.
“Kalau di dalam ruangan kita takut ambruk, di lapangan siswa tidak fokus. Belum lagi, jika alam tak mendukung misalnya hujan turun tentunya akan mengganggu aktivitas siswa belajar,” ucapnya Berry, saat ditemui di sekolah.
Selain itu, belajar mengajar di lapangan cukup merepotkan. Di mana siswa harus membawa meja sendiri untuk belajar.
“Jadi berharap pihak sekolah bisa segeranya memperbaiki, agar para siswa dapat belajar kembali normal seperti biasanya,” pungkasnya.
Salah seorang siswa Natania mengaku perbedaan cukup signifikan saat pembelajaran di lapangan dengan ruang kelas yang sudah dirasakan sejak pertama kali dilaksanakan.
“Di luar ini panas dan belum lagi berisik, Jadi kurang fokus,” pungkasnya. (shn/smr)