SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Awalnya museum yang berada di Muara Kelayan, Banjarmasin Selatan diberi nama Museum Kota Banjarmasin.
Lantaran pada nomenklatur (tata nama) tak boleh, kini museum dengan biaya pembangunan Rp 3,8 miliar tersebut, berganti nama.
“Namanya menjadi Museum Kayuh Baimbai,” ujar Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina usai peresmian Museum tersebut, Rabu (8/03/2023).
Ia mengatakan, penamaan Museum Kota Banjaramasin tersebut, padahal untuk menandakan sejarah kota. “Karena tidak bolah makanya diganti,” jelasnya.
Ibnu pernah terpikir untuk memberi nama tokoh kepada museum tersebut. Namun diurungkannya, karena tak mau disangka isi museum kisah si tokoh.
“Makanya diambil slogan Banjarmasin dan langsung dicatat Museum Nasional, nantinya dapat Nomor Indeks oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),” tuturnya.
Ia mengharapkan, museum ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk generasi selanjutnya dan menjadi wujud kebanggaan Banjarmasin.
“Karena sebuah kota yang punya sejarah atau peradaban, pasti tersimpan di Museum. Jadi bisa dilihat siapapun yang datang ke Banjarmasin,” katanya.
Namun, ia berharap, ada warga Banjarmasin yang mau menitipkan benda pusaka atau bersejarah di museum tersebut.
“Bisa saja benda pusaka atau bersejarah yang dimiliki masyarakat ditampung atau dititipkan. Nantinya dinilai oleh Kurator apakah memiliki sejarah yang nantinya akan ditempatkan disana,” jelasnya.
Dia melanjutkan, museum tersebut masih perlu dirapikan lagi. Walaupun ruangan sangat terbatas, museum tersebut akan dilengkapi dengan koleksi arsip-arsip digital.
Untuk keamanan, nantinya dipastikan seluruh area bisa tercover oleh CCTV, mengingat di depan museum sudah ada pos penjagaan.
“Kemudian diharapkan kawasan yang berada di kawasan museum bisa terus dikembangkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Iwan Fitriady mengatakan, usai diresmikan selanjutnya tahapannya pengisian museum.
“Sebagian yang bakal akan ditempatkan di sana sudah ada dari ahli waris,” katanya.
Soal anggaran pengisian koleksi di museum, Iwan mengaku tak hapal, namun dipastikan di triwulan ketiga sudah mulai dilengkapi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, desain museum menggunakan Rumah Banjar Palimasan atau Palimbangan.
Ditambahkan Kabid Kebudayaan Disbudporapar Banjarmasin Zulfaisal Putera, koleksi museum tersebut, yakni ada benda pusaka, memori bilia (benda kenangan) dan sejarah Banjarmasin berbentuk digital.
“Dari tiga itu yang menentukan nantinya Kurator apakah boleh ditempatkan disana. Misal, pertama apabila benda yang memiliki bentuk dan tahun nya sama hanya satu bisa diambil, kedua bila membahayakan secara spritual hanya replikanya saja,” tukasnya. (shn/smr)