SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Puncak apresiasi dan pameran hasil pengimbasan revitalisasi bahasa daerah Tingkat Kota Banjarmasin 2024 digelar, di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pasar Lama 1, Senin (7/10/2024).
“Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin melalui Disdik memberikan apresiasi sekaligus melihat langsung pameran hasil pembelajaran pengimbasan revitalisasi bahasa daerah,” kata Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina.
Menurutnya, tahun lalu, sudah mendapat penghargaan Tunas Bahasa Ibu dari Kementerian Pendidikan Ristek (Kemendikbudristek).
Kegiatan ini salah satu implementasinya dengan berbagai karya siswa yang menunjukkan adaptasi antara metode pembelajaran tradisional dan teknologi modern.
“Ada tulisan tangan langsung Kisdap (Kisah Handap), kemudian Bapandung (Komedi Tunggal), Menggunakan Aplikasi, Barcode scan dan sebagainya,” terangnya.
Baginya, ini menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran sudah diadopsi oleh guru-guru di Banjarmasin.
Tidak hanya manual seperti tulisan tangan saja, tetapi juga tak tertinggal dari segi teknologi informasi.
Ibnu menuturkan, program revitalisasi bahasa daerah tersebut, merupakan bagian dari inisiatif Nasional yang diterapkan di seluruh Indonesia.
Khusus di Banjarmasin, revitalisasi itu difokuskan pada pelestarian Bahasa Banjar dalam dunia pendidikan.
“Mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah yaitu Bahasa Banjar dan mendorong penguasaan Bahasa Asing. Jadi, ini sudah lengkap,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin Ahmad Baihaqi mengatakan, puncak apresiasi merupakan hasil dari lomba yang telah dilaksanakan dan pameran revitalisasi daerah ada 25 stand gugus.
“Antusiasnya luar biasa kita lihat, dari awal diinformasikan sekitar 2.500 orang hingga menjadi 30 orang peserta yang ikut
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Banjarmasin,” katanya.
Setelah ini, kata dia, ada penilaian khusus dari Tim Balai Bahasa, kemudian nanti di Banjarmasin khususnya bisa mewakili Provinsi dan Nasional.
Dikatakan, lewat kegiatan ini diharapkan mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah yaitu Bahasa Banjar dan mendorong penguasaan Bahasa Asing.
“Kita lihat penggunaan Bahasa Banjar memang masih membudaya, apalagi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan, otomatis bakal terus dimunculkan dan jangan sampai hilang,” pungkasnya.
Salah satu Gugus 6 dari Kelayan Selatan Basirih (Kaseba) Eni mengatakan, inovasi yang dibawa banyak sekali dalam pengimbasan revitalisasi bahasa daerah.
Ada sekitar 11 sekolah yang berkontribusi, dengan karyanya ular tangga, Pop-up Book (buku atau kartu yang dapat menyajikan konstruksi 3 dimensi atau timbul ketika dibuka), daku-dakuan, bermain peran dan literasi sekalian bercerita bahasa Banjar.
“Tentunya dengan ada nya Inovasi-Inovasi kami ini, terutama anak-anak di era gempuran berbagai macam bahasa tidak melupakan apa yang menjadi bahasa daerah sendiri yakni banjar,” tukasnya. (shn/smr)