SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Rencana pembangunan tiga Shelter Air, masing-masing di Alalak Utara, Cemara Ujung, Kampung Biru terkendala.
Hal itu disebabkan ada kebijakan baru terkait kepatuhan penggunaan dataran air oleh Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS).
“Sehingga untuk pelaksanaannya perlu reschedule (menjadwalkan ulang),” ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Banjarmasin Slamet Begjo saat ditemui kantornya, Selasa (10/10/2023).
Ia mengatakan, kebijakan itu terkait keterbatasan alur yang menjadi barometer, dengan ketentuan, kalau bangunan tidak boleh terlalu menjorok ke tengah sungai.
“Sehingga kita juga tidak serta merta atau semaunya. Jadi ada ketentuan yang harus dipenuhi untuk hal ini,” katanya.
Makanya, kata dia, pihaknya akan berkoordinasi dengan BWS, agar bisa mendapatkan rekomendasi tempat untuk proyek yang ada dalam Perubahan APBD 2023 ini.
“Itu yang dipatuhi. Praktis yang kita gunakan upaya lain terkait dengan Shelter Air membuat Detail Engineering Design (DED) untuk tempat lainnya,” katanya.
Ia menyebut, shelter air ini tujuannya dalam rangka menunjang kegiatan wisata sungai dan religi di Banjarmasin.
“Rencana ke depan ada empat shelter air lagi, di antaranya Patung Bekantan, Sungai Duyung, Jembatan Bromo dan Makam Sultan Suriansyah,” jelasnya.
Mudah-mudahan, ujarnya, bisa disuport di 2024 untuk pembangunan fisiknya, karena sekarang masih proses dokumen perencanaan.
“Kalaupun masih terbatas juga di 2025 akan dilakukan, karena empat Shelter Air itu dananya lumayan. Tapi akan kita perjuangkan lagi di APBD 2024. Diperkirakan untuk 1 shelter biaya pembangunan kurang lebih Rp 1 miliar,” sebutnya.
Bedjo menyatakan, pengerjaan shelter air ini tetap memakai skala prioritas. “Untuk desainnya tematik disesuaikan dengan lingkungan,” tukasnya. (shn/smr)