SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Maraknya kasus campak yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia saat ini tak lepas jadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin.
Terlebih, sudah ada beberapa anak yang meninggal disebabkan wabah campak tersebut.
Sehingga Dinkes Banjarmasin memperketat kewaspadaan wabah campak dari sejak dini, bahkan dengan pemantauan kasus dari awal 2025 lalu.
Pemantauan dilakukan dengan deteksi kasus campak melalui pengambilan spesimen serum untuk dikirimkan ke laboratorium, guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apakah positif atau tidak?
“Jika positif maka diberikan pengobatan sesuai tata laksana untuk mencegah komplikasi dan diberikan Vitamin A sesuai dosis,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banjarmasin Emma Ariesma Wati.
Dari data kasus suspek campak yang dilaporkan di 2025 hingga Agustus ini ada sebanyak 242 kasus. Berdasarkan temuan spesimen hanya ada 23 sampel kasus campak yang terdiri dari 18 sampel negatif dan 5 positif.
Sementara kasus suspek campak 2024 lalu dilaporkan sebanyak 499 kasus. Berdasarkan temuan spesimen kasus campak ada sebanyak 81 sampel yang terdiri dari 57 negatif dan 27 positif.
“Hasil positif kasus campak yang ada tidak dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB), karena berada pada waktu yang berbeda dan tidak ada hubungan kontak erat,” tutur Emma.
Adapun penyakit campak ini, sangat rentan menyerang anak-anak usia di bawah 5 tahun dan bahkan sampai beresiko kematian.
Kendati demikian untuk saat ini, di Banjarmasin belum ada kasus kematian anak, karena penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus tersebut.
“Jadi belum ada, karena memang kebanyakan anak sudah di imunisasi dan cukup menahan kekebalan tubuh anak,” jelas Emma.
Namun begitu, di Banjarmasin masih ada beberapa orang tua yang enggan anaknya diberi vaksin campak atau diimunisasi lengkap.
“Padahal ini untuk melengkapi imunisasi bagi Balita yang belum imunisasi campak atau imunisasi kejar bagi anak Balita yang belum pernah imunisasi campak sangat penting agar tidak memperparah penyakit yang sedang diderita,” sebutnya.
Maka dari itu, Dinkes Banjarmasin terus mendorong berbagai strategi dalam meningkatkan cakupan imunisasi terhadap anak-anak di Banjarmasin, sebagai langkah antisipasi terutama wabah penyakit menular tersebut.
“Mulai dari edukasi berkelanjutan akan pentingnya imunisasi, kampanyekan imunisasi massal dan pendekatan door to door serta strategi lainnya,” jelasnya.
Paling terpenting, kata dia, untuk bisa mendorong ini perlu keterlibatan lintas sektor, mulai dari pemerintah, tokoh masyarakat dan organisasi agama untuk ikut mengkampanyekan supaya orang-orang jadi yakin anaknya diimunisasi. (shn/smr)