SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Dari 22 catatan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) terhadap Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Basirih, rupanya sudah 19 yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin.
Saat ini, ada tiga sedang dalam proses penyelesaian. Salah satunya menonaktifkan zona di Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPAS) yang sudah penuh atau open dumping dengan pengurukan tanah.
Sampai sekarang sudah hampir 515 rit truk masuk membawa tanah uruk untuk menutup 1.200 m2 atau 1,2 hektare zona open dumping TPAS Basirih. Khususnya di zona 1,2 dan 3, kemudian nanti bergeser sampai ke zona 5 untuk dipasifkan.
“Sebab, zona 4 telah ditutup, jadi tersisa di zona 5,” ungkap Kepala DLH Banjarmasin Alive Yoesfah Love, saat ditemui di TPAS Basirih Kamis (24/7/2025)
Ia juga mengatakan, untuk pemisahan air lindi dan air hujan, telah ada perencanaan dan sudah dianggarkan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mulai APBD Perubahan 2025 sampai 2027.
“Jadi perlu waktunya agak panjang, soalnya ada penguatan dinding untuk penahan lalu dibuatkan saluran air lindi dan air hujan,” jelasnya.
Menurut dia, pihaknya juga telah membuat surat untuk perpanjangan kegiatan pengelolaan air lindi dan air hujan, lantaran pembuatan dinding penahan tersebut waktunya cukup panjang.
“Suratnya itu telah berproses dan kepada Walikota Banjarmasin nanti dikirim,” ujarnya.
Alive melanjutkan, untuk rehab di zona 12,13 dan 16 bakal disiapkan tanah uruknya melalui Perubahan APBD 2025.
“Di zona 12, 13 dan 16 ini, hanya ditutup sebagian dan disisihkan 30 persen untuk buangan dan 30 persen pembuangan selanjutnya untuk menuju sistem sanitary landfill,” tuturnya.
Ia berharap, DPRD Banjarmasin mendukung kegiatan tanah uruk menutup zona open dumping TPAS Basirih guna menuju sanitary landfill.
Dengan begitu, diyakini, status darurat sampah bakal berakhir akhir Juli 2025. “Nanti menjadi pemulihan atau rehabilitasi. Dari Kementerian juga sudah ada surat untuk rehabilitasi dan tinggal mengikuti saja lagi,” sebutnya.
Ia yakin target pengurukan tanah bakal lebih cepat. “Sementara penguatan tebing penahan maupun pemisahan air lindi dan hujan agak lambat, karea perlu perencanaan Detail Engineering Design (DED),” tukasnya. (shn/smr)