SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Virus pneumonia (radang paru-paru) gegerkan masyarakat Tiongkok dan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Atas fenomena itu, Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina meminta semua pihak waspada dan segera menyiapkan antisipasi.
“Sifatnya pandemi, kita sudah banyak belajar dari kasus pandemi,” tegasnya.
Ia menyatakan, jika berkaitan dengan penyakit pernapasan atau lain sebagainya, seluruh fasilitas kesehatan di Banjarmasin sudah siap untuk menghadapi.
“Insya Allah seluruh fasilitas kesehatan kita sudah siap untuk menghadapi, kalau sifatnya seperti pandemi seperti kemarin,” sebutnya.
Pneumonia terbentuk dari infeksi akut daerah saluran pernapasan bagian bawah, dan secara spesifik mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.
Penyakit atau virus ini lebih rentan menyerang anak kecil, lanjut usia (Lansia) dan yang memiliki kondisi medis tertentu.
“Di Banjarmasin, pneumonia ini tercatat 162 kasus di Desember 2022 dan di 2023 hingga September ada 202 penemuan kasus. Berdasarkan data terakhir, November itu ada 148 kasus pneumonia,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin dr Tabiun Huda.
Dijelaskannya, Pneumonia terbagi menjadi dua jenis, yakni spesifik dan non spesifik.
“Kalau yang spesifik itu Tuberkulosis (TBC), sedangkan non spesifik itu bakterinya masih ringan,” jelasnya.
Untuk pengobatan Pneumonia itu sudah bisa dilakukan di Puskesmas yang ada di Banjarmasin.
Gejala Pneumonia itu sendiri bisa terlihat apabila ada penderita yang batuk hingga dua minggu lamanya bahkan batuk berdarah.
“Jadi itu bisa terlihat apabila sudah dilakukan foto rontgen di laboratorium, apabila ada kelihatan BTA berarti Pneumonia spesifik,” jelasnya.
Untuk itu, ia mengimbau, apabila terdapat warga yang menderita batuk cukup lama, agar bisa memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat.
Alasan, karena Pneummonia menular, jadi apabila merasa sakit atau batuk-batuk bisa menggunakan masker dan jangan sembarangan batuk.
“Kalau yang spesifik kita ada pengobatan rutin 6 bulan, dan kalau non spesifik nanti akan diberikan pengobatan dengan antibiotik khusus,” tukasnya. (shn/smr)