MANUSIA hanya berencana, Allah juga yang berkuasa mengatur dan menentukan (Al Insanu Bittafkir Wallahu Bittaqdir). Itulah ungkapan bahasa Arab yang dialami Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Zainal Helmie saat berencana umrah bersama KH Ahmad Zuhdiannoor dan keluarga H Hasbullah, owner pengembang PT Herlina Perkasa pada 4 Ramadan 1441 Hijriyah (25 April 2020) atau 4 tahun silam, sebelum ulama kharismatik itu dipanggil Illahi.
Abah Guru Zuhdi meninggal dunia pada 2 Mei 2020 atau 9 Ramadan dalam usia 48 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.
Saat itu memang sedang tinggi-tingginya wabah virus corona di Indonesia, sehingga banyak kegiatan keagamaan dan sosial dibatalkan, termasuk pelaksanaan umrah.
“Kita tunggu setelah Ramadan, mudahan kawa tulakan,” ucap Abah Guru saat mengetahui semua kegiatan umrah di 2020 dibatalkan kepada Haji Hasbullah usai pengajian rutin Abah Guru setiap Senin malam, 4 Ramadan di Mesjid Ar Raudhah di Kompleks Herlina Perkasa Jalan Kayu Manis, Sungai Andai Banjarmasin.
Namun Allah berkehendak lain. Sebelum melaksanakan umrah Abah Guru wafat pada 9 Ramadan karena sakit. Rencana umrah bersama Abah Guru pun batal.
Sebagai Penasihat Masjid Ar Raudhah memilih mengambil uang yang telah disetorkan kepada travel umrah beberapa bulan kemudian, karena ketidakjelasan kapan berangkat karena wabah covid melanda dunia hingga 2022.
Usai dua tahun vakum karena pandemi Covid-19, ibadah umrah mulai dibuka Pemerintah Arab Saudi pada 30 Juli 2022, pasca musim haji selesai. Tapi saya baru bisa melaksanakan umrah pada 12 Ramadan 1445 H atau 25 Maret 2024 ini.
Bersama istri, Minarni Nunu dan kedua kakak ipar, Zulkifli Raban-Yuniar Yuliana (Franchice Wong Solo) yang juga memberangkatkan umrah Nor Aina, Husna, Aisya Nabila tiga santriwati Pondok Tahfidz Al Quran Az Zahra – Lumbu Raya, Rantau penghapal Quran 30 juz.
Melalui Travel Kamilah Berkat Guru, kami tiba di Bandara Jeddah setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam lebih dari Jakarta, transit di Bandara Mumbai, India.
Saat menginjakkan kaki di Tanah Suci Makkah, ada rasa sedih karena tidak bersama Abah Guru. Namun saya merasakan kehadiran beliau di kalbu ini.
“Abah Guru ulun baru bisa melaksanakan umrah di Ramadan tahun ini,” ucapku dalam hati.
Teringat 4 tahun silam, betapa bahagianya ketika Abah Guru memilihku bersama dua murid beliau untuk satu kamar saat rencana umrah pada 4 Ramadan 1441 H.
“Untungnya om pian sekamar lawan Abah Guru,” ujar Hajjah Noordiana, putri H Hasbullah.
Hj Yayan, nama panggilan istri H Hadi ini menceritakan Abah Guru sendiri yang memilih untuk sekamar di hotel, baik saat di Madinah maupun di Makkah.
Hanya mengucap syukur alhamdulillah karena akan sekamar dengan ulama kharismatik dan sederhana ini.
Walau tidak kesampaian bersama Abah Guru, namun hajat untuk pergi umrah di bulan Ramadan akhirnya terlaksana di tahun ini.
Di depan Baitullah aku menadahkan tangan, berdoa untuk kedua orangtua, anak-anak, keluarga, tetangga, teman-teman, serta terkhusus doa untuk Abah Guru.
“Ya Allah, ampunilah orang yang telah mengajarkan kami ilmu agama. Sayangilah dan muliakanlah Abah Guru dengan keridhaan-Mu yang maha besar, di tempat yang terbaik di surga-Mu,” ucapku dalam doa.
Setelah 6 hari di Makkah, lanjut naik bis ke Madinah. Dua hari di sana, alhamdulillah usai buka puasa di halaman masjid Nabawi bertemu KH Ahmad Sanusi Ibrahim atau biasa dipanggil Guru Jaro, Senin 1 April 2024.
Perjumpaan ini istimewa. Secara singkat Guru Jaro menggambarkan Madinah memiliki keutamaan yang besar untuk memaksimalkan amal selama Ramadan.
Masjid Nabawi merupakan tempat yang paling mulia dan banyak pahalanya selama Ramadan. Madinah adalah kota suci kedua bagi umat Islam setelah Makkah.
Jika Makkah disebut sebagai kota suci karena terdapat Masjidil Haram dengan simbol Kakbah, maka Madinah juga disebut sebagai kota suci karena terdapat Masjid Nabawi, yang merupakan pusat kekuasaan Islam.
Dijelaskan Pengasuh Majelis Taklim Darul Magfirah ini, Madinah al-Munawwarah adalah pemberian nama dari Nabi Muhammad SAW yang menyebut penduduknya sudah terkenal dengan sifat-sifat ramah dan berakhlak mulia.
“Rasulullah tersenyum melihat umatnya melaksanakan umrah di Ramadan ini,” kata Guru Jaro mengakhiri cerita, karena terdengar suara iqomah untuk shalat Magrib. (***)
Zainal Helmie
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel dan Penasihat Badan Pengelola Masjid Ar Raudhah Komplek Herlina Perkasa, Sungai Andai Banjarmasin.