SEPUTARAN.ID, RANTAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapin berhasil menurunkan angka stunting, terhitung sejak tiga tahun terakhir.
Setelah mencatat angka 14,4 persen pada 2023. Kemudian Survei Kesehatan Indonesia (SKI), prevalensi stunting di Tapin pada 2024 diperkirakan kembali turun menjadi 12,32 persen berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat.
Bupati Tapin H Yamani menegaskan, tren penurunan ini bukan sekadar angka, melainkan hasil dari intervensi berkelanjutan yang melibatkan berbagai sektor.
“Penurunan ini tidak terjadi begitu saja. Ini adalah kerja keras semua pihak, dari tenaga kesehatan, pemerintah daerah, hingga masyarakat yang mulai memahami pentingnya pencegahan stunting sejak dini,” ujarnya Selasa, (11/4/2024).
Selama tiga tahun terakhir, angka stunting di Tapin memang mengalami penurunan drastis. Pada 2021, prevalensinya masih berada di angka 33,5 persen.
Setahun kemudian, angka ini turun tajam menjadi 14,5 persen. Tren positif berlanjut di 2023 dengan angka 14,4 persen, dan kini diperkirakan kembali turun ke 12,32 persen pada 2024.
Penurunan angka stunting di Tapin tidak lepas dari strategi intervensi yang mencakup berbagai aspek. Pemerintah daerah menerapkan pendekatan konvergen yang menggabungkan intervensi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik mencakup program pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, pemantauan tumbuh kembang anak, serta edukasi gizi.
Sementara itu, intervensi sensitif berfokus pada faktor-faktor pendukung seperti perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih, dan peningkatan akses layanan kesehatan.
“Tidak cukup hanya memberikan makanan tambahan. Harus ada edukasi kepada ibu hamil dan keluarga tentang pola asuh yang benar, pentingnya ASI eksklusif, hingga sanitasi yang baik,” kata Bupati Yamani.
Pemerintah juga menggandeng berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, dunia usaha, dan akademisi, untuk memastikan program penurunan stunting berjalan efektif.
Keberhasilan Tapin dalam menurunkan angka stunting membuat daerah ini ditetapkan sebagai lokus intervensi pencegahan stunting oleh Bappenas pada 2025.
Dengan status ini, Tapin akan mendapatkan perhatian lebih dalam program nasional percepatan penurunan stunting.
Fokus utama ke depan adalah mencegah kasus stunting baru, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Masa ini dianggap sebagai periode emas dalam menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
Yamani berharap angka stunting di Tapin terus menurun sehingga pada 2045, daerah ini dapat mencetak generasi emas yang sehat, cerdas, dan kompetitif.
“Target kita bukan sekadar angka, tapi bagaimana anak-anak Tapin bisa tumbuh optimal dan menjadi generasi yang mampu bersaing di masa depan,” tukasnya. (adv/smr)