SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Rembuk Stunting Koordinasi dan Konvergensi Aksi III Tingkat Banjarmasin digelar, di Hotel Rattan Inn, Senin (4/11/2024).
Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina mengatakan, rapat rembuk stunting dilaksanakan sudah 2 kali di 2024 ini, yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengupdate data terakhir angka stunting.
“Mudah-mudahan dari angka yang ada, kita optimis angka stunting bisa kita turunkan,” ujarnya.
Dikatakannya, rembuk stunting dilaksanakan sembari menunggu pengumuman Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) terkait angka stunting.
“Hasil intervensi serentak kita kemarin sebenarnya sudah jauh turun. Yang mana angka stunting di Banjarmasin sebelumnya berada di angka 22,4 persen, namun diketahui mengalami peningkatan menjadi 26,5 persen berdasarkan data prevalansi,” jelasnya.
Ibnu mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menurunkan ke angka nasional yakni di 14 persen. Dan optimis hasil intervensi serentak itu di angka 33,30 persen.
“Jadi jauh sudah perbedaannya. Dan kita terus gencar melakukan intervensi stunting di lapangan. Baik itu pendamping keluarga, kader-kader Posyandu dan para petugas Puskesmas yang saling berkolaborasi mengintervensi di lapangan,” ucapnya.
Ibnu juga mengapresiasi, perusahaan dan pihak lain yang memberikan bantuan dalam bentuk CSR untuk penanganan stunting.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Banjarmasin Helfian Noor mengatakan, dari data yang ada, angka stunting di Kota Seribu Sungai mengalami penurunan.
“Dari sekitar 12 ribu sekian turun menjadi sekitar 7 ribu sekian dari berbagai indikator yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) lain,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu indikator dalam penurunan stunting itu adalah upaya Banjarmasin untuk menuju Open Defecation Free (ODF) dengan mendeklarasikan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di beberapa Kelurahan.
“Tentunya berharap seiring bisa tercapainya target ODF 80 persen sekarang 65 persen. Sehingga keluarga berisiko stunting bisa turun, terutama yang memiliki persoalan jamban bersih,” ujarnya.
Adapun dalam rembuk stunting ini, pihaknya lebih menekankan pada perubahan perilaku masyarakat yang sangat berpengaruh pada angka stunting.
Misalnya, melakukan intervensi langsung kepada keluarga beresiko stunting dan calon pengantin yang ada di keluarga akan diberi pemahaman cara hidup sehat dan perilaku penggunaan air bersih.
“Ada keluarga yang terbiasa menggunakan air sungai. Maka kita cari solusi dengan memasang saluran air bersih. Tentu hal ini terjadi penyesuaian yang menjadi perubahan perilaku,” tukasnya. (shn/smr)