SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Fenomena alam pampangan atau tumpukan eceng gondok atau ilung yang menutupi ruas Sungai Martapura di Banjarmasin atau persis di bawah Jembatan Dewi dan Jembatan Antasari depan Pasar Sudimampir.
Tentunya, arus lalu lalang transportasi sungai menjadi terganggu.
Salah satu pengguna transportasi sungai Muhidin (66) mengatakan, sangat terganggu dengan adanya pampangan ini.
“Kalau kelotok saya tertabrak-tabrak enceng gondok dan setelahnya tekait di bagian roda. Tadi ada aja sekali terkait di bagian roda,” ujar motoris kelotok ini.
Sehingga, ia harus mencari disela-sela pampangan agar bisa dilewati.
“Semoga tumpukan eceng gondok ini tidak ada yang sampai tertahan, kalau sudah begitu sangat menggangu,” jelasnya.
Ia berharap, instansi terkait segera menangani persoalan enceng gondok tersebut. “Agar lalu lintas sungai tidak terganggu dan nyaman serta tak ada lagi tumpukannya,” tuturnya.
Sementara itu, dalam laman Instagram dpuprkotabanjarmasin menjelaskan, enceng gondok menjadi masalah yang serius di Sungai Martapura, Banjarmasin.
Salah satu penyebab enceng gondok tumbuh subur di Sungai Martapura, karena adanya limbah organik dan anorganik yang dibuang ke sungai Martapura. Limbah ini menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan enceng gondok.
Kondisi Sungai Martapura yang dipenuhi enceng gondok memberikan dampak negatif, seperti menurunnya kualitas air sungai, mengganggu ekosistem sungai, menghambat aliran sungai, menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjadi sarang nyamuk.
Adapun upaya yang dilakukan Dinas PUPR Banjarmasin melalui UPTD Swakelola Pemeliharaan Sungai dan Drainase adalah melakukan pembersihan enceng gondok secara manual dengan menggunakan Kapal Sapu-sapu.
Namun, upaya yang dilakukan tersebut juga harus didukung peran stakeholder dalam menjaga kebersihan sungai dan mengurangi limbah yang dibuang ke sungai. (shn/smr)