SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin optimistis melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bisa membawa pulang kembali Piala Adipura pada 2024.
Diketahui penghargaan Adipura 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023, Banjarmasin hanya mendapatkan predikat Sertifikat Adipura kategori Kota Besar atau satu tingkat di bawah Piala Adipura.
Padahal Banjarmasin telah mendapatkan 4 kali Piala Adipura berturut-turut. Namun harus kehilangan untuk bisa meraih Adipura Kirana di 2023, sehingga gagal meraih Piala Adipura 5 kali beruntun.
Kepala DLH Banjarmasin Alive Yoesfah Love optimistis, pada 2024 ini Banjarmasin akan kembali merebut Piala Adipura.
“Salah satunya adalah pemanfaatan lahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih, yang berada di Jalan Gubernur Soebardjo,” ujarnya.
Diceritakannya, sebenarnya di 2023 lalu ingin mendapatkan nilai sekitar 96, karena sudah memenuhi syarat. Tapi di TPA Basirih mendapatkan catatan.
“Sebab, TPA yang sesuai dengan penilaian itu harusnya memiliki sistem sanitary landfill, sedangkan untuk di TPA Basirih hingga saat ini masih memakai sistem open dumping,” ujar Alive, di Balai Kota Banjarmasin, Senin (15/1/2023).
Untuk itu, mensiasati penilaian pada TPA yang dilakukan, pihaknya mau tidak mau membuat TPA tersebut menjadi sanitary landfill, karena kondisi tanah di Banjarmasin yang berada 0,16 meter di bawah permukaan laut.
“Padahal sanitary landfill di gunung. Sedangkan di Banjarmasin tidak ada pegunungan, karena Selama ini, lahannya digali dan ditutup. Kami juga sudah menyiapkan plastik khusus untuk menutup agar bisa meningkatkan pengolahan sampah,” sebutnya.
Ia melanjutkan, pemanfaatan gas metan di TPA Basirih yang telah aktif sudah dimanfaatkan. Kemudian pembuatan rumah maggot untuk upaya peningkatan pemanfaatan limbah domestik dari TPA Basirih juga sudah dilakukan.
“Kalau catatan lainnya, selama ini sangat sulit mencari lahan TPS dan banyak TPS liar. Di sisi lain masyarakat juga tidak mematuhi jam pembuangan. Bahkan ada yang membuang di siang hari,” ujarnya.
Ia menyatakan, masalah sampah ini tidak mungkin ditangani sendiri, dan perlu kerja sama dan partisipasi aktif masyarakat.
“Penanganan sampah ini nantinya juga dibantu dengan adanya surung sintak. Surung sintak ada untuk mengatasi kekurangan TPS resmi. Terlebih untuk TPS resmi sulit mendapatkan lahan. Sehingga juga bisa membantu penilaian dalam Adipura. Paling tidak kita dapat mengurangi sampah yang ada di TPS dan TPS liar,” tukasnya. (shn/smr)