Banjarbaru (ANTARA) – Pemerintah Australia melalui program Indonesia Australia Red meat& Cattle Partnership mendukung upaya percepatan swasembada sapi di Provinsi Kalimantan Selatan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kalimantan Selatan Suparmi usai pembukaan focus group discussion (FGD) dengan tema percepatan swasembada sapi potong melalui integrasi sawit sapi berbasis kemitraan usaha ternak inti plasma di Banjarbaru Rabu.
Menurut Suparmi, Kalsel menjadi salah satu provinsi yang mendapatkan perhatian khusus pelaksanaan program Indonesia Australia Red meat& Cattle Partnership dalam upaya pengembangan sawit-sapi di beberapa daerah di Kalsel.
Dukungan tersebut antara lain berupa pelatihan dan peningkatan SDM daerah, sehingga seluruh program bisa dilaksanakan dengan lebih baik.
Selain itu juga melakukan desiminasi atau alih teknologi melalui berbagai inovasi yang telah disiapkan, sehingga kendala-kendala yang terjadi di lapangan bisa diminimalisasi.
Menurut Suparmi, salah satu kendala kenapa program pengembangan ternak sapi sawit-sapi baru dilakukan oleh beberapa perusahaan, karena tidak adanya SDM perkebunan yang memahami pengembangan peternakan
“Selama ini, pihak perkebunan inti hanya memahami tentang perkebunan, belum memahami sektor peternakan, sehingga program ini belum bisa berkembang dengan baik,” katanya.
Ke depan, melalui bantuan berbagai pihak, pemerintah akan mendorong pengembangan program tersebut melalui plasma.
“Kalau melalui plasma, pemerintah bisa melakukan sentuhan-sentuhan dan bimbingan terkait pengembangan sektor peternakan ini, karena plasma dikelola oleh rakyat,” katanya.
Sebelumnya, kata dia, Kalsel telah mendapatkan bantuan program dari Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding Program (IACCB) di dua lokasi, yaitu di kelompok tani di Sungai Aris dan PT Buana Karya Bhakti.
Program tersebut, cukup berhasil dilaksanakan di dua lokasi tersebut, terbukti dari sebelumnya hanya 300 ekor sapi yang dikembangkan, kini telah mencapai 1.500 ekor.
Keberhasilan perusahaan tersebut, kata dia, perlu direplikasi melalui program unggulan berbasis korporasi petani, dengan mengembangkan integrasi kelapa sawit-sapi yang melibatkan kelompok-kelompok tani ternak.
Selain itu, Suparmi juga menggandeng perguruan tinggi di Kalsel, seperti Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan Uniska,juga SMK untuk terlibat langsung dalam program tersebut.
Saat ini, ternak sapi di Kalsel baru mencapai 148.026 ekor dengan potensi betina produktif sebanyak 51.647 ekor.
Jumlah betina produktif tersebut, kata Sekda, akan mampu meningkatkan angka kelahiran sekitar 36.152 ekor dalam satu tahun.
Sedangkan produksi daging Kalsel tahun 2020 untuk sapi potong, sebanyak 6.661.770 kilogram atau setara 50.114 ekor, yang dipenuhi dari sapi lokal sebanyak 22.249 ekor dan sisanya masih dipenuhi dari luar Kalsel.