SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Ditandai dengan pemotongan nasi tumpeng, peresmian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) Universitas Sari Mulia (UNISM) di Aula UNISM Banjarmasin, Jumat (16/2/2024).
Wakil Walikota Banjarmasin H Arifin Noor merasa bangga dan bersyukur, atas dibukanya Program Studi Pendidikan Apoteker di UNISM Banjarmasin.
Menurutnya itu merupakan langkah progresif yang perlu diapresiasi. Mengingat, pembukaan PSPPA merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas SDM di bidang kesehatan.
“Khususnya keapotekeran dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan kimia dari luar negeri,” ujarnya.
Ia mengharapkan, PSPPA tidak hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu tetapi juga wadah bagi pengembangan potensi dan karakter mahasiswa. Dan dari PSPPA akan melahirkan generasi apoteker yang kompeten dan berkualitas.
“Kebutuhan akan SDM yang berkualitas dalam industri kesehatan kami berharap PSPPA dapat menjadi salah satu solusi dalam menghasilkan apoteker-apoteker handal yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di Kota Banjarmasin,” jelasnya.
Dia juga mengajak, semua pihak untuk bersama-sama mendukung dan memajukan pendidikan kesehatan di Banjarmasin.
“Saya optimis bahwa pembukaan PSPPA ini akan membawa manfaat yang besar bagi perkembangan sektor kesehatan di Kota Banjarmasin dan akan melahirkan generasi apoteker yang siap bersaing secara global,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Sari Mulia Banjarmasin Dr. Hj Roro Dwi Sogi Sri Redjeki, mengatakan, dengan diresmikannya lembaga pendidikan ini, anak-anak Banua bisa bersekolah di daerah Kalsel, khususnya Banjarmasin tanpa ke luar daerah seperti ke Jawa.
“Soalnya biaya pasti lebih banyak, kita hanya untuk membantu mencerdaskan, menambah kualitas dan mutu lulusan yang terbaik. Seperti dikatakan Wakil Wali Kota tadi, mudah-mudahan bisa mewujudkan membuka pabrik dan memakai bahan kekayaan lokal,” katanya.
Dengan begitu, Kalsel bisa lebih berkualitas dan nama Banua Kalsel lebih terangkat begitupula UNISM.
“Ada sekitar menerima 30 siswa dalam Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker. Kalau total keseluruhan siswa 2.500 orang dari seluruh fakultas,” ucapnya.
Ia menuturkan, Pendidikan Profesi Apoteker sendiri sudah tidak lagi belajar di dalam kelas tapi implementasi di tempat praktek seperti Apotek, Ruma Sakit, Puskesmas dan industri-Industri.
“Jadi kita berupaya menekan biaya pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Soalnya kebanyakan di luar di Jawa yang butuh biaya yang cukup besar,” katanya.(shn/smr)