Site icon Seputaran.id

Tradisi Batamat Desa Aluan Besar, Diarak hingga Bawa Miniatur Mesjid

Para peserta saat mengikuti tradisi Batamat Desa Aluan Besar. (foto : sdy)

SEPUTARAN.ID, BARABAI – Bukan hanya silaturahmi, momen Hari Raya Idul Fitri bagi warga Desa Aluan Besar Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), ternyata juga diisi dengan tradisi Batamat.

Pada prosesi ini, peserta Betamat diarak dengan payung kembang juga diwajibkan membawa balai, berisi ketan, ayam, telur hingga makanan ringan, serta uang pecahan untuk diperebutkan..

Tradisi yang hanya digelar setiap hari raya umat Islam itu, peserta dilepas dengan bacaan besholawat dari rumah kemudian dilempari dengan beras kuning. Selanjutnya diarak dari rumahnya menuju mesjid.

Sebelum menuju mesjid, sesuai dengan tradisi peserta juga harus saling menunggu satu sama lain. Dimulai dari peserta yang tempat tinggalnya lebih jauh untuk kemudian bersama-sama diarak dengan payung kembang menuju lokasi Betamat.

Keunikan tradisi Betamat Desa Aluan Besar ini, juga terlihat dari atribut yang harus dibawa peserta. Yakni, sebuah balai atau miniatur mesjid maupun rumah Banjar, yang diisi dengan makanan seperti ketan, ayam dan telur serta dihiasi uang pecahan hingga makanan ringan yang ditancapkan di bagian luar.

Kemudian balai itu diperebutkan warga saat memasuki pertengahan prosesi Betamat. Sedangkan yang bagian dalamnya diserahkan kepada para guru mengaji, sebagai bentuk terimakasih dari para peserta yang telah menamatkan kajiannya.

Tradisi betamat ini merupakan kegiatan setahun sekali yang sengaja digelar warga Desa Aluan Besar pada setiap hari raya umat Islam, baik itu Idul Fitri maupun idul Adha.

Namun tahun ini, tradisi ini digelar bertepatan dengan momen Idul Fitri. Yang mana tujuannya, adalah untuk memotivasi warga lain untuk membaca Al Quran.

Pasalnya, saat momen Idul Fitri ini, desa Aluan kerap disambangi warga dari luar daerah, terutama yang mudik ke kampung halaman.

Bahkan karena keunikannya, sejumlah peserta Betamat ada yang berasal dari luar desa Aluan.

Seperti tradisi Betamat pada umumnya, peserta yang mayoritasnya anak-anak ini juga harus mengenakan pakaian adat Banjar prosesi diakhiri dengan pembacaan ayat suci Al Quran secara bergantian oleh masing-masing peserta.

Pengurus Mesjid Al Qarar, H Umar mengatakan, tradisi Batamat kali ini diikuti sekitar 20 peserta. “Setiap tahun dilaksanakan di mesjid ini,” ujarnya.

Sementara salah satu orangtua peserta Arie Alfian Noor menuturkan, anaknya ikut tradisi ini karena kebetulan pulang kampung.

“Kami dari Banjarmasin, dan nenek asli orang Desa Aluan. Jadi pas kebetulan pulang kampung kami ikuti tradisi disini,” katanya. (sdy/smr)