Site icon Seputaran.id

Tergerus Perumahan, Lahan Pertanian di Banjarmasin Tersisa 2.069 Hektare

Lahan pertanian di Banjarmasin yang makin menyempit dan tanahnya kurang subur akibat beralihnya fungsi lahan. (foto : shn)

SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Produksi padi di Kalimantan Selatan (Kalsel) termasuk Banjarmasin mengalami penurunan. Sebagai akibat lahan pertanian di Banjarmasin yang menipis akibat pengalihan fungsi lahan.

Berkurangnya lahan pertanian di Banjarmasin sendiri, karena banyak dirubah menjadi lahan untuk perumahan.

Keberadaan perumahan yang berdampingan dengan lahan pertanian juga memberi pengaruh produksi padi.

Sebab limbah rumah tangga yang dihasilkan cukup berdampak dan dapat mengganggu tingkat kesuburan tanah. Sehingga menurunkan tingkat kesuburan tanah dan mengurangi jumlah produksi padi.

Akibat beralihnya fungsi lahan, saat ini lahan pertanian di Banjarmasin hanya tersisa seluas 2.069 hektare.

Memaksimalkan hasil dari lahan pertanian yang tersisa tersebut, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, menyiapkan terobosan baru guna menggenjot produksi padi pada 2023 ini.

“Terobosan itu merubah cara penanaman padi dengan pola tanam lokal unggul atau unggul lokal. Mudah-mudahan didukung iklim dan kondisi alam,” kata Kepala DKP3 Banjarmasin M Makhmud.

Menurutnya, penanaman benih unggul menggunakan pola terobosan baru itu bisa panen dua kali dalam setahun. Beda halnya dengan benih lokal yang hanya bisa di panen satu kali dalam setahun.

Mewujudkan itu, pihaknya akan membuat demplot usaha tani yang melibatkan kelompok tani, dengan harapan bisa berhasil dan bisa terus diterapkan.

Selain itu, DKP3 Banjarmasin juga melakukan upaya perluasan lahan pertanian dengan melakukan pembebasan lahan.

“Pembebasan lahan setiap tahunnya kita lakukan. Di 2022 lalu sudah melakukan pembebasan lahan hingga 6 hektare,” ungkapnya.

Rinciannya di kawasan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur ada 4,6 hektare dan kawasan Tanjung Pagar, Banjarmasin Selatan seluas 1,3 hektare. Dengan anggaran sekitar Rp 8,6 miliar.

“Tahun ini kita lakukan pembebasan lagi, tapi kita pilih lahan yang berpotensial untuk ditanami. Mungkin kita anggarkan di perubahan, rencana 5 hektare,” katanya.

Mahkmud menyatakan, upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi beras lokal, dan tentunya juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan beras lokal yang saat ini ketersediannya terbatas, akibatnya gagal panen yang terjadi sejak 2021, lalu imbas musibah banjir rob, serta hama yang menyerang.

Bagi dia, hal ini juga untuk menekan kenaikan inflasi yang cukup tinggi sekarang ini. “Mengingat padi atau beras merupakan faktor tertinggi penyebab kenaikan inflasi,” tukasnya. (shn/smr)