Site icon Seputaran.id

Profil Sebastian Haller, Penyerang Ajax yang Puncaki Top Skor Liga Champions

Penyerang Ajax Amsterdam, Sebastian Haller (tengah), melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya setelah mencetak gol pada laga Liga Champions kontra Sporting Lisbon, Kamis 16 Agustus 2021.

Jakarta – Sebastian Haller mencuri perhatian setelah memuncaki daftar top skor Liga Champions pada pekan pertama. Empat gol yang dia sarangkan ke gawang Sporting Lisbon pun membuatnya menyamai rekor legenda sepak bola asal Belanda, Marco van Basten.
Haller mencetak gol pada menit ke-3, ke-9, ke-51, dan ke-63 untuk membawa Ajax Amsterdam menang 5-1 di markas Sporting. Satu gol Ajax lainnya diciptakan oleh Seteven Berghuis pada menit ke-39 sementara Sporting hanya bisa membalas lewat Paulinho pada menit ke-33.

Yang membuat empat gol itu semakin istimewa adalah karena Haller baru pertama kali tampil di Liga Champions. Dia menyamai rekor Marco van Basten sebagai pemain yang mampu mencetak empat gol pada laga perdananya di Liga Champions. Van Basten melakukan hal itu saat bermain untuk AC Milan pada musim 1992-1993.

Bakat Haller sebagai pesepakbola ternyata tak lepas dari kegemaran kedua orang tuanya dengan olahraga. Haller lahir dari ibu asal Pantai Gading dan ayah asal Prancis.

Dia lahir di kawasan Ris-Orangis, 20 kilometer dari Paris, pada 22 Juni 1994. Sejak usia tiga tahun, orang tua Haller sudah memperkenalkannya dengan olahraga. Awalnya mereka memperkenalkan Haller kecil dengan bela diri Judo.

Akan tetapi Haller disebut lebih tertarik dengan sepak bola. Haller kecil disebut kerap bermain bola bersama saudaranya Serry Tessi di kediaman kecil mereka. Lampu, vas bunga hingga kaca rumah mereka menjadi korban kegemaran Haller menendang si kulit bundar.

Hal itu yang membuat ibu Haller awalnya tak mau anaknya bermain sepak bola hingga akhirnya dia meminta Haller dan saudaranya bermain di luar rumah.

“Ketika itu, saya tak memiliki banyak kegiatan. Kami selalu berada di luar rumah untuk bermain bola setiap harinya,” kata Haller dalam wawancara dengan media Jerman, Bild.

Melihat kemauan anaknya yang besar, kedua orang tua Haller kemudian mendaftarkannya ke klub lokal F.C.O Vigneus. Haller masih berusia 10 tahun saat itu. Beberapa bulan bergabung, dia langsung membawa timnya menjuarai sebuah kejuaraan lokal.

Dua tahun berselang, dia bergabung dengan akademi Bretigny Foot yang lebih besar. Di sana bakat dan nama Haller semakin terkenal. Dia sempat disebut sebagai salah satu calon bintang muda Prancis, sebelum dia memutuskan untuk bermain bersama Timnas Pantai Gading di level senior.

Pada 2007, pemandu bakat klub Liga Prancis, Auxerre, mencium kemampuan Haller dan mengajaknya bergabung. Klub itu memiliki salah satu akademi terbaik di Prancis dengan menghasilkan pesepakbola ternama seperti Eric Cantona, Phillip Mexes, Djibril Cisse hingga Bacary Sagna.

Haller pun berhasil menembus Timnas Prancis U-17 yang tampil di Piala Dunia U-17 pada 2011. Meskipun Haller hanya mencetak satu gol dan satu assist pada empat laga di ajang tersebut, Auxerre langsung mengikatnya dengan kontrak profesional tahun itu.
Pada musim 2012-2013, dia langsung mendapatkan kesempatan bermain di tim senior asuhan Jean-Guy Wallemme. Akan tetapi dia hanya bertahan tiga musim di sana sebelum dipinjamkan ke klub Liga Belanda Utrecht pada Desember 2014.

Setengah musim di Belanda, Haller tampil lebih tajam. Dia mencetak 11 gol dari 17 laga dan dan akhirnya bergabung secara permanen pada bursa transfer musim panas 2015. Suporter Utrecht pun memilih dia sebagai pemain terbaik mereka pada musim itu.

Mencetak 41 gol dalam 82 laga untuk Utrecht, Haller mendapatkan perhatian dari Niko Kovac yang saat itu masih menangani Eintracht Frankfurt. Dia pun bergabung bersama klub asal Jerman itu pada bursa transfer 2017.

Musim pertamanya di Jerman tak berjalan lancar. Dia hanya mencetak sembilan gol dari 31 laga. Baru setelah kepergian Kovac ke Bayern Munchen Haller menunjukkan ketajamannya bersama Frankfurt. Dia total mencetak 20 gol, termasuk lima gol di ajang Liga Europa dan membantu tim itu ke semifinal sebelum dikalahkan Chelsea melalui drama adu penalti.

Performa Haller di Liga Europa menarik perhatian klub Liga Inggris West Ham. Pada akhir musim 2018-2019, The Hammers membeli si pemain dengan mahar 45 juta pound sterling. Menurut media Inggris The Guardian, Haller menjadi pemain termahal yang pernah dibeli klub asal London itu.

Perjalanan Haller di Inggris tak mulus. Pada musim pertamanya dia hanya mencetak tujuh gol dari 32 laga. Musim lalu dia hanya bermain setengah musim dan mencetak tiga gol sebelum dijual ke Ajax Amsterdam pada bursa transfer musim dingin. Ajax juga menjadikan Haller sebagai pemain termahal klub itu dengan mengeluarkan dana hingga 22,5 juta euro untuk memboyongnya dari West Ham.

Ada cerita lucu soal bergabungnya Haller ke Ajax Amsterdam. Pihak klub menyatakan ada kesalahan administrasi yang mereka lakukan sehingga nama si pemain tak masuk dalam daftar skuad mereka di Liga Europa. Pelatih Erik ten Haag menyatakan sangat kecewa atas kejadian itu.

“Ini bukan hal yang harus ditertawakan. Si pemain juga merasa sangat kecewa. Ada kesalahan administrasi yang di buat seseorang,” kata Ten Haag.

Menurut laporan media ESPN, Ajax justru mencantumkan naama Siebe Schrijvers dalam daftar pemain mereka. Padahal Schrijvers telah bergabung dengan Waasland-Beveren dengan status pemain pinjaman pada bursa transfer Januari lalu.

Tak tampil di Liga Europa, Haller pun mengamuk di Liga Belanda. Dia mencetak 11 gol hanya dalam 17 laga dan membawa Ajax menjuarai kompetisi tersebut. Di awal musim ini, Haller juga langsung tancap gas. Dia telah mencetak empat gol dan menduduki puncak daftar top skor Liga Belanda.

Soal gaya permainan, media talkSport menyebut Haller sebagai seorang penyerang yang komplit. Di memiliki kemampuan mengolah bola, membuka ruang, memberikan umpan hingga menyelesaikan peluang. Mencuatnya nama Luka Jovic menjadi pencetak gol terbanyak kedua Liga Europa musim 2018-2019 disebut tak lepas dari peran Haller.

Haller disebut bisa bermain sebagai seorang penyerang tunggal maupun sebagai penyerang lubang. Dia dikenal rajin turun ke belakang untuk menjemput bola dan menjadi kreator bagi tandemnya di lini depan.

Kecepatan juga menjadi salah satu kunci performa pesepakbola yang kini berusia 27 tahun itu. Hal itu dimanfaatkan benar oleh Haller untuk bergerak di antara lini tengah dan depan untuk merusak pertahanan lawan.

Dia juga dianggap pintar dalam mengatur waktu kapan harus berlari dan kapan harus tetap di belakang garis pertahanan lawan. Tak heran jika dia kemudian kerap membuat perangkap offside lawan berantakan.

Permainan Haller itu tak lepas dari pengaruh mantan penyerang Timnas Prancis dan Arsenal, Thierry Henry. Haller tumbuh besar dengan melihat dan mengidolakan pemain yang juga pernah berseragam Juventus dan Barcelona itu.

Memiliki tubuh dengan tinggi 190 cm, Haller juga tak segan dalam berduel udara. Dia juga pintar dalam mencari celah di dalam kotak penalti lawan sehingga membuat dia bisa menjangkau umpan lambung yang dilepaskan rekan-rekannya.

Niko Kovac sempat menjuluki Haller dengan sebutan “Cool Bird”. Hal itu tak lepas dari ketenangan si pemain di dalam kotak penalti. Dia juga bisa bergerak spontan menjauh dari pemain belakang lawan seperti layaknya seorang burung yang akan di tangkap manusia.

Kemampuan Haller itu terbukti dengan empat gol yang dia ciptakan pada laga Liga Champions antara Sporting Lisbon vs Ajax Amsterdam dini hari tadi. Haller dengan mudah menceploskan bola ke gawang setelah menerima umpan manis dari rekan-rekannya.

Torehan empat gol dalam satu laga Liga Champions bukanlah sebuah kebetulan. Jika tak diwaspadai oleh lawan-lawannya, Sebastian Haller bisa saja terus membuat kejutan musim ini. Apalagi, Ajax Amsterdam saat ini cenderung mendapatkan grup yang mudah. Praktis mereka hanya akan mendapatkan persaingan ketat dari Borussia Dortmund yang juga memiliki penyerang handal, Erling Halaand. Satu tim lainnya adalah Besiktas yang dini hari tadi dibungkam Dortmund 1-0.