Site icon Seputaran.id

Pengrajin Ingin Ada Standarisasi Harga Sasirangan

Forum Diskusi Sasirangan. (foto : shn/seputaran)

SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Mengumpulkan para pengrajin kain sasirangan di Banjarmasin, digelar Forum Diskusi Sasirangan tema Sasirangan Kuno, Kini dan Kena bertempat di Hotel Galaxy Hotel Banjarmasin, Kamis (27/6/2024).

Menghadirkan enam Narasumber dan diikuti 100 peserta terdiri 69 pengrajin dan sisanya dari komunitas dan lainnya.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Banjarmasin Hj Siti Wasilah mengatakan, kegiatan rangkaian Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke-8 ini, bertujuan mengetahui persoalan yang sering dihadapi para pengrajin kain sasirangan.

Selain itu, forum ini bermaksud untuk kepentingan kemajuan Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) maupun pengrajin.

“Tentunya event BSF bertujuan untuk memfasilitasi para UMKM khususnya pengrajin dalam promosi dan memasarkan produknya,” ujarnya.

Selain itu, kesempatan ini juga menjadi ajang edukasi sekaligus apresiasi bagi para pengrajin melalui berbagai lomba yang diselenggarakan. Dan terpenting, masyarakat juga harus turut merasakan kegiatan ini.

“Adapun berbagai masukan maupun aspirasi para pengrajin kain sasirangan tentunya menjadi catatan bagi Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin,” ungkapnya.

Sementara Dekranasda Banjarmasin akan merangkul dan mengawal para pengrajin kain sasirangan menuju lebih baik.

“Mudah-mudahan apa yang disuarakan, kita upayakan baik itu berupa solusi atau komitmen dijaga bersama,” harapnya.

Dalam diskusi, dibahas juga mengenai standarisasi harga kain sasirangan yang merupakan warisan budaya Banjar itu.

Tinggal PR dalam hal itu, menyamaratakan kualitas antar para pengrajin terhadap produknya, agar tidak perbedaan.

“Untuk itu kita akan resmikan Kampung Jelujur yang mana para menjelujur harus menjelujur bagus, hingga wajar ditawar dengan harga tinggi dan itu berpengaruh pada pendapatan mereka,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Banjarmasin Ichrom Muftezar mengatakan, forum ini sebagai salah satu wadah curhatnya para pengrajin.

“Baik itu dari pelatihan, pemasaran dan hal lainnya dan banyak masukan-masukan yang disampaikan. Di antaranya, standarisasi harga kain sasirangan sendiri tentunya menjadi perhatian,” jelasnya.

Pasalnya, banyak pengrajin kain sasirangan di Kota Seribu Sungai yang menginginkan diterapkannya standarisasi harga.

Sebab, ada kompetensi antar pengrajin dalam menjual produknya, yang mana kualitas biasa dan harganya murah lebih banyak diminati orang luar, jika dibanding kualitas bagus namun harganya mahal.

“Untuk itu, ke depan akan dicoba membuat pola agar ada standarisasi harga kain sasirangan dari semua pengrajin yang disepakati,” tuturnya.

Berkaca dari harga kain batik berasal dari daerah Jawa itu dihargai cukup tinggi, hingga dikisaran harga Rp 300 ribu lebih untuk satu kain.

“Sedangkan kain sasirangan itu masih ada harganya Rp125 ribu. Justru ini akan merugikan pengrajin sasirangan, makanya coba kita standarisasi dan ini akan berdampak pada para penjelujur,” tukasnya.(shn/smr)