BANJARMASIN, SEPUTARAN.ID – Akses utama warga Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu, Banjarmasin, lumpuh total setelah titian penghubung ambruk dan tidak dapat dilintasi kendaraan maupun pejalan kaki.
Ketua Komisi III DPRD Banjarmasin bersama anggota lainnya, turun ke lapangan guna meninjau lokasi, Muhammad Ridho Akbar menayatakan keprihatinannya terhadap ambruknya titian Kampung Hijau.
“Kami turun ke lapangan untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan kontrak. Tapi kita juga mendesak agar pengerjaan ini tidak sekadar menunggu kontrak selesai. Harus ada percepatan demi akses warga,” tegasnya.
Sebab titian itu merupakan akses utama untuk mobilitas warga Kampung Hijau. Dan titian yang ambruk adalah bagian lama yang memang sudah direncanakan untuk diperbaiki.
“Bagian yang roboh itu memang dari struktur lama, bukan bagian baru. Tapi ini jadi alarm agar pengerjaan baru nanti agar jauh lebih kokoh. Kami sudah berikan beberapa masukan teknis juga,” ujar politikus Partai Golkar itu.
Pihaknya juga menyoroti progres perbaikan titian yang terbilang lambat. Sejak dimulai pada 15 Juli, progresnya baru mencapai 6 persen.
“Proyek ini sudah menjadi perhatian publik. Jangan sampai kejadian ambruk ini terulang. Kita minta agar konstruksi benar-benar diperkuat, bukan sekadar memenuhi waktu kontrak proyek,” ujar Ridho.
Sementara itu, kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin, akan menurunkan tim ahli untuk menilai kondisi keseluruhan titian Kampung Hijau, Sungai Bilu, yang tersisa masih berdiri.
Dari ambruknya titian Kampung Hijau dari RT 2 sampai RT 3 pada Rabu (6/8/2025) petang.
“Kondisi titian yang ada sekarang sangat labil, karena pengaruh usia dan pasang surut sungai. Usianya sudah 11 tahun, sejak dibangun tahun 2014 dari bantuan pemerintah pusat,” ujar Kepala Dinas PUPR Banjarmasin, Suri Sudarmadiyah saat turun meninjau lokasi bersama Komisi III DPRD Banjarmasin, Jumat (8/8/2025) siang.
Pada tahun 2022, titian itu mulai miring. Pada 2024 dimulai perbaikan darurat. Dilanjutkan dengan perbaikan total pada tahun ini, tapi keburu ambruk.
“Kita sudah tangani 14 ruas dengan panjang lebih dari satu kilometer, termasuk gang-gang kecil di RT 2 dan RT 3,” sebutnya.
Langkah selanjutnya, pihaknya akan menurunkan tim ahli untuk menilai kondisi struktur titian. Selain itu, peredam arus air juga akan dipasang agar tiang-tiang titian tidak langsung dihantam arus Sungai Martapura.
“Pemasangan fender ini juga masukan dari Komisi III. Arus sungai yang kuat bisa menggerus pondasi, jadi ini perlu diantisipasi,” tandasnya. (sna/smr)