Site icon Seputaran.id

Lomba Film Pendek Dispersip Kalsel Dimenangkan Dapur Budaya HSS

Penyerahan hadiah juara pertama kepada Dapur Budaya HSS tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dispersip Provinsi Kalsel, Nurliani Dardie. (foto : istimewa)

SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Lomba Film Pendek yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dimenangkan Dapur Budaya Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dengan judul film “Dialektika di Ujung Joran”.

Penyerahan hadiah juara pertama kepada Dapur Budaya HSS tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dispersip Provinsi Kalsel, Nurliani Dardie di Gedung Teater Perpustakaan Palnam, Banjarmasin, Kamis (30/5/2024).

Ditemui usai kegiatan, Nurliani mengatakan, lomba ini merupakan yang kedua kalinya sejak dibangunnya Gedung Teater Perpustakaan Palnam.

“Tujuan dari lomba ini sendiri tentunya untuk mempromosikan perpustakaan dan gemar membaca, dan juga meningkatkan kreativitas anak muda dibidang perfilman, hal ini sejalan dengan perkembangan media audio visual yang sangat marak, sehingga kami pun memfasilitasinya,” kata Nurliani.

Lebih jauh Nurliani juga membuka pintu seluas-luasnya gedung teater Perpustakaan Palnam untuk dimanfaatkan secara maksimal oleh para pegiat literasi audio visual.

“Silakan gunakan fasilitas ini untuk meningkatkan kreativitasnya, supaya karya mereka bisa meningkat lebih baik lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan Dapur Budaya Kabupaten HSS, Aditya Rahmadiyadi mengaku senang berhasil menjadi juara pertama pada lomba film pendek tersebut.

Dia menjelaskan, film dengan judul “Dialektika di Ujung Joran” yang digarap pihaknya tersebut, menceritakan tentang kehidupan masyarakat di Kalsel yang dikenal dengan gemar memancing dan juga mewarung.

“Kita ketahui bahwa banyak orang Kalsel ini yang suka memancing, dan juga mewarung. Yang warung sendiri sebagai salah satu pusat informasi bagi masyarakat di daerah. Kebudayaan ini yang lekat dengan masyarakat Kalsel dan kita mencoba mengangkatnya ke dalam film pendek,” kata Aditya.

Lebih jauh, melalui film garapannya tersebut pihaknya ingin menyampaikan bahwa digitalisasi dan literasi bisa dikombinasikan untuk meningkatkan gemar membaca masyarakat Banua.

“Memang kami berniat untuk mengangkat hal yang paling dekat, kami juga ingin menyampaikan bahwa digitalisasi dan literasi itu bukan saling bertabrakan tapi mereka saling membantu, artinya yang tua harus belajar, dan yang muda jangan lelah untuk membantu. (sdy/smr)