Site icon Seputaran.id

Banjarmasin Ditargetkan 23 Persen Penurunan Stunting

Kepala DPPKBPM Banjarmasin Helfianoor saat menyampaikan target dan upaya penurunan stunting saat jumpa pers di ruang press room Balaikota Banjarmasin. (foto : shn)

SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Target nasional pada 2024 mendatang, penurunan stunting bisa mencapai 14 persen. Sedangkan tahun ini, pemerintah pusat memasang target 23 persen untuk pengentasan stunting di Banjarmasin.

Sehingga, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Banjarmasin terus menggenjot target capaian penanganan angka stunting di Banjarmasin.

Kepala DPPKBPM Banjarmasin Helfianoor mengatakan, fokus penurunan stunting masih tetap 14 lokus, sesuai Surat Keputusan (SK) Walikota Banjarmasin untuk prioritas pencegahan dan penanganannya dari 2022 sampai 2024.

“Lokus itu yaitu Teluk Dalam, Gadang, Pekapuran Laut, Mantuil, Kelayan Barat, Pemurus Dalam, Murung Raya, Pekauman, Tanjung Pagar, Antasan Kecil Timur, Kuin Cerucuk, Telaga Biru, Banua Anyar, dan Sungai Bilu,” ujarnya saat jumpa awak dengan media di Press Room Balaikota Banjarmasin, Selasa (24/01/2023).

Ia menyatakan, dengan lokus yang sudah ditetapkan, pihaknya akan berupaya menurunkan angka stuting di Banjarmasin, sehingga bisa dicapai sesuai target pusat.

Menurutnya, ada empat sasaran penanganan stunting, yakni ibu hamil, calon pengantin, Dibawah Usia Dua Tahun (baduta) dan balita.

“Dalam penanganan stunting itu, DPPKBPM Banjarmasin menggandeng tim ahli dari dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Suriansyah,” ujarnya.

Helfianoor mengungkapkan, selama ini penanganan stunting di Banjarmasin sudah berjalan dengan cukup baik.

“Misalnya dari sisi layanan air bersih, itu sudah terpenuhi sama halnya dengan layanan jamban bersih. Dari hasil validasi data di lapangan dan itu sudah terpenuhi 90 persen,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pendampingan dengan memberi makanan per dua hari melalui program Mba FoodZi.

“Program itu sendiri dari hasil sumbangan suka rela dari berbagai pihak yang ikut berperan dalam menanggulangi stunting,” jelasnya.

Dia menuturkan, penyebab stunting beragam. Mulai dari pola asuh orang tua yang kurang efektif, bisa menyebabkan balita atau anak mengalami stunting, walaupun secara ekonomi bisa dibilang mencukupi.

Sehingga perlu dilakukan pendekatan melalui pembinaan dan pendampingan guna memperbaiki asupan gizi yang masuk, terhadap ibu hamil khususnya.

Lainnya yakni akibat asap rokok. Sebab, dari data delapan keluarga beresiko stunting, tujuh diantaranya disebabkan oleh perokok pasif.

“Hal Itu yang menyebabkan ibu hamil rentan TBC dan sudah otomatis asupan apapun, ya tidak bisa tercerna dengan baik,” jelasnya.

Pihaknya juga terus mensosialisasikan validasi data 4T yakni Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, dan Terlalu Banyak.

“Karena hal tersebut dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu hamil,” tukasnya.(shn/smr)