SEPUTARAN.ID, BANJARMASIN – Malam Anugerah Kebudayaan Kalimantan Selatan (Kalsel) 2025 dan Pagelaran Kuda Gipang Mengangkat Warisan Leluhur ke Panggung Dunia menuju Pengakuan Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO digelar di Eks Kantor Gubernur Provinsi Kalsel atau Siring 0 KM Banjarmasin, Rabu (27/8/2025) malam.
Pada malam itu, ada 40 seniman dan budayawan Kalsel menjadi penerima anugerah kebudayaan Kalsel 2025. Nah, lima di antaranya dari Banjarmasin, yakni Misbach Thamrin, Farid, Maria Rusli, Herman G dan Norhalis Majid.
Wakil Gubernur Kalsel Hasnuryadi Sulaiman menyatakan, kegiatan ini sangat bagus sekali, karena merupakan identitas banua dan bangsa. “Tentu ini menjadi alat pemersatu kita semua, bisa dikenal tidak hanya nasional tapi juga Internasional,” tuturnya.
Ia mengatakan, penghargaan diberikan kepada para tokoh seniman dan budayawan yang telah mendedikasikan, melestarikan dan mengembangkan budaya banua.
Wabug yang biasa disapa Bang Hasnur ini juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tinggi nya kepada para pelaku maupun pegiat budaya di Kalsel. Dan Pemprov Kalsel berkomitmen mendukung ruang gerak para tokoh seniman dan budayawan pelestarian budaya.
“Dukungan diberikan hadir dalam bentuk regulasi kebijakan berbagai ferstival budaya, promisi hingga keluar daerah dan sebagainya,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Wagub Kalsel juga menjelaskan, Kuda Gipang ini tahap proses pengakuan ICH UNESCO. “Tidak hanya kita, daerah provinsi lain bahkan Suriname juga mengklaim ini. Mudah-mudahaan generasi selanjutnya ke depan akan terus melanjutkan identitas banua dan bangsa kita dan harapannya melalui kebudayaan dan seniman semakin bersatu dan mengabdi terhadap banua kita tercinta serta Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel Galuh Tantri Narindra menuturkan,
Kuda Gipang ini dalam proses agar diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Promosinya terus dilaksanakan agar masyarakat semakin mengenal. “Baik melalui pagelaran dan iring-iringan sebuah acara, Kuda Gipang terus digelar dan diketahui masyarakat,” ucapnya.
Upaya ini dilakukan, karena ada kekhawatiran terhadap generasi muda tidak mengetahui budaya di Kalsel, salah satunya Kuda Gipang.
“Setiap daerah itu memiki nama masing-masing, bila di Kalsel Kuda Gipang dan diluar ada Kuda Lumping serta sebagainya, akan tetapi nanti akan sama-sama, bagaimana proses mendapat pengakuan. Mudah-mudahan bisa mendapatkan pengakuan dari UNESCO, jadi supaya warisan budaya kita tidak diklaim atau diakui Negara lain,” tukasnya. (shn/smr)